Minggu, 26 Februari 2012

Analisis Tokoh Poppy Moore dalam Film Wild Child




Synopsis: Wild Child
            Poppy Moore (17 tahun) adalah seorang remaja cewek yang baru beranjak dewasa, sering berbuat onar dan mengadakan pesta di rumahnya dengan teman-temannya di Malibu, Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Poppy juga seringkali membagi-bagikan barang-barang milik ibu tirinya kepada teman-temannya. Hingga pada akhirnya sang ayahnya, Gerry Moore tak tahan dan kemudian mengirimkan Poppy untuk bersekolah di Abbey Mount, di Inggris. Sekolah Abbey Mount didirikan sejak tahun 1797,  merupakan  sekolah asrama pribadi bagi anak perempuan yang berumur antara 11 - 17 tahun. Sekolah ini adalah salah satu institusi Inggris terbaik bagi wanita muda yang terkenal akan aturan-aturan ketatnya. Selama tinggal di asrama, Poppy berbagi kamar dengan ke-4 teman barunya yaitu, Kate, Josie, Kiki, dan Drippy. Di sekolah barunya tersebut, Poppy tetaplah seorang trouble maker, bahkan di hari pertamanya bersekolah Poppy sukses menjadi musuh besar bagi siswi paling disegani  sekaligus ketua OSIS di Abbey Mount yaitu Harriet. Meski Poppy terlihat menyebalkan, keempat teman sekamarnya sebenarnya sangat menyayangi Poppy. Dengan mengerahkan segala cara, mereka ke-4 teman baru Poppy berusaha membantunya agar bisa dikeluarkan dari sekolah. Poppy dan ke-4 teman-temannya benar-benar membuat ricuh di sekolah, mulai dari memasang  iklan Harriet di kotak telepon umum, membuat air kolam renang berwarna merah, menukar kaset listening pelajarannya, dan merusak tape mobil pengawasnya. Sampai akhirnya Poppy harus melanggar aturan terberat dari sekolah yaitu berpacaran di lingkungan sekolah. Untuk melakukan aksinya tersebut, Poppy harus berkencan dengan Freddie Kingsley, anak Mrs Kingsley (kepala sekolah) sehingga kericuhan yang dibuat oleh Poppy tersebut dapat dimasukkan dalam Sidang Kehormatan sehingga secepatnya Poppy akan dikeluarkan dari Abbey Mount.
            Poppy yang awalnya tidak nyaman di Abbey Mount, lambat laun mulai merasakan betapa teman-teman sekamarnya sangat baik padanya. Apalagi belakangan ia tahu bahwa sahabatnya di Malibu, Ruby ternyata berselingkuh dengan pacarnya, Roddy. Persahabatan Poppy dengan ke-4 teman sekamarnya semakin erat setelah mereka bersama-sama bermain Lacrosse (bola tongkat) untuk tim sekolah. Poppy kemudian mengetahui sebuah alasan kenapa ayahnya mengirimnya ke Abbey Mount. Rupanya, ibunya dulu pernah bersekolah di tempat yang sama, dan bermain Lacrosse pula, sama seperti Poppy sekarang. Semenjak saat itu, Poppy berubah menjadi gadis yang bertanggung jawab, menemukan arti sebuah persahabatan, dan mulai memahami bahwa ayahnya sangat menyayangi dirinya. Poppy akhirnya menyadari bahwa perbuatannya semua ini salah, ia pun akhirnya dapat membuktikan bahwa ia juga dapat berprestasi dengan cara membawa tim Lacrosse Abey Mount menjadi juara nasional. Hingga akhirnya sang ayah datang untuk menjenguknya dan bangga terhadap apa yang telah Poppy lakukan. Akhirnya, Harriet dikeluarkan dari Abbey Mount dan Poppy serta teman-temannya dan Freddie berlibur ke rumah Poppy di Malibu, Amerika Serikat.

Analisis Tokoh: Poppy Moore
1.   Perkembangan Fisik
            Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan fisik pada tokoh Poppy Moore adalah perkembangan pada tahap masa remaja, yaitu proses peralihan dari tubuh kanak-kanak yang cirinya hanya meliputi pertumbuhan tulang dan otot (bertambah tinggi dan bertambah berat) menuju proses tubuh dewasa yaitu kematangan bentuk fisik, meliputi kematangan organ seksual dan fungsi reproduksinya yang ditandai dengan haid dan disertai dengan terdapat beberapa tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.

2.   Perkembangan Kognitif

            Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Pada film Wild Child, ketika Poppy bersekolah di Abbey Mount, Poppy mengalami masa transisi dalam perkembangan kognitifnya, saat berada di Malibu, Amerika Serikat, Poppy adalah sosok anak yang cenderung egois, dan belum mampu berpikir secara logis, semua tingkah lakunya tidak pernah dipikirkan secara matang apa akibat kedepannya, Poppy hanya memikirkan bagaimana membuat dirinya merasa senang pada saat itu. Namun, ketika Poppy bersekolah di Abbey Mount, Poppy diajarkan bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa yang baik. Perlahan Poppy dapat meninggalkan pemikirannya yang cenderung masih anak-anak, walaupun belum mencapai tahap kematangan dewasa, tetapi Poppy mampu berpikir lebih logis dan idealis tentang apa yang dialaminya. Poppy lebih mempunyai bayangan bahwa apa yang dilakukan pada saat ini pasti akan mendatangkan efek dimasa yang akan datang. Poppy mulai belajar memperkirakan konsekuensi dari tindakannya saat ini, termasuk kemungkinan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Selain itu, Poppy juga mampu membayangkan serta membuat perencanaan tentang sesuatu yang diinginkan untuk masa depannya.

3.      Perkembangan Sosioemosional
            Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada tokoh Poppy Moore, pelan-pelan Poppy mulai belajar memahami orang lain, dengan tidak lagi egois atau tidak lagi berpikir hanya dari sudut pandangnya, tetapi juga dari sudut pandang orang lain. Poppy mulai belajar untuk memahami dan mendengarkan minat serta pandangan teman-teman disekitarnya yang dapat memudahkan Poppy untuk masuk dalam komunitas temannya tersebut. Melalui interaksi dengan teman sebayanya, Poppy diajarkan bagaimana menghormati serta bersikap yang menyenangkan dan baik bagi orang lain, bagaimana seharusnya bekerjasama dengan orang lain serta menghargai diri sendiri dan orang lain. Lewat peran lingkungan sekolah dan sahabatnya, Poppy diajarkan bagaimana situasi ketika berada dalam interaksi kelompok yang menguatkan satu sama lain dengan memberikan dukungan sosial, seperti memberikan pertolongan dan nasihat serta saran. Selama Poppy berada di sekolah Abbey Mount, tak hanya hubungan dengan teman-temannya saja yang membaik, tetapi juga hubungan dengan orang tuanya. Sebelumnya terjadi konflik antara Poppy da ayahnya (Gerry Moore). Poppy yang keras kepala, seringkali membantah bahkan melawan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kurangnya perhatian dari sang ayah serta kematian ibunya ketika Poppy berusia 11 tahun membuatnya merasa sangat kesepian dan menjadikannya alasan untuk selalu membuat masalah. Apalagi ketika sang ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan Rosemary, Poppy merasa takut jika perhatian ayahnya tidak akan setulus ketika Poppy tidak memiliki ibu tiri. Oleh karena itu, seringkali Poppy berbuat onar dirumahnya. Menurut Papalia and Olds, kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Berkat dukungan dan peran lingkungan barunya di Abbey Mount, Poppy kini menjadi anak yang tak hanya bersikap baik kepada orang tuanya, tetapi Poppy juga menjadi anak yang lebih peka dan cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Poppy kini lebih bersikap terbuka dan mau menerima masukan dari orang lain.